- Back to Home »
- Artikel »
- Valentine Day?Muslim tidak boleh merayakan dan menjelekkannya
Posted by : Wisnu Hari Anggara
Jumat, 13 Februari 2015
Tanggal 14 Februari ada Valentine Day yang setiap tahun pasti menimbulkan pro dan kontra Valentine day atau hari kasih sayang identik dengan saling bertukar kado atau coklat sebagai bentuk rasa kasih sayang. Pro dan Kontra yang muncul selalu mengatasnamakan agama dan sosial. Padahal SARA adalah hal sensitif di Indonesia. Negeri yang kaya akan adat dan budaya ini punya sejarah hitam tentang konflik SARA. Pro dan kontra ada yang menolak dan mendukung Valentine Day. Anehnya yang menolak dengan keras sebagian besar adalah muslim.Alasan umum penolakannya karena Valentine Day membuat pemuda dan pemudi muslim ikut merayakan dan akidahnya jadi rusak.
Memang bagi kita (muslim), merayakan Valentine Day adalah salah. Tetapi tidak perlu menolak Valentine day dengan cara menjelek-jelekkan Valentine Day seperti memasang tagar #NoValentineDay, menghujat Valentine Day dan propaganda sejarah Valentine Day tanpa bukti ilmiah. Sebaiknya 'menolak' digantikan tidak mengikuti atau tidak merayakan. Karena kalau menolak kesannya adalah menyalahkan harinya juga yang merayakan. Padahal yang merayakan juga agama non muslim.
Sebaiknya kita (muslim) mengajak saudara kita (muslim) untuk tidak ikut merayakan Valentine Day, dengan cara bijak dan tidak menyinggung pemeluk agama lain/ non muslim. Karena islam mengajarkan dakwah dengan argumen bukan sentimen, merangkul bukan memukul. Bagi pemeluk agama non muslim, Valentine Day merupakan hal yang penting bagi mereka. Jadi kalau ada saudara kita (muslim), masih merayakan Valentine Day yang salah adalah saudara kita bukan Valentine Day.
Dasar pemikiran tersebut adalah menghormati agama lain. Kalau seumpama suatu hari ada non muslim yang menjelek-jelekkan sholawat dengan memasang tagar #NoSholawatDay. Pasti hal tersebut akan heboh, dikecam dimana-mana atau bahkan aksi ormas islam turun kejalan. Karena dianggap penistaan agama.
Marilah menjaga akidah bersama, tidak perlu saling merasa benar sendiri dalam berkeyakinan. Indonesia merdeka bukan hanya perjuangan satu agama mayoritas saja. Indonesia sedang terpuruk, leher Garuda sedang dicengkeram Tikus. Marilah bersama menjaga kerukunan antar umat beragama.
NB. Tulisan ini ditulis oleh seorang muslim yang cetek ilmunya. Kalau ada salah berasal dari kebodohan penulis, kalau ada benar berasal dari rahmat-Nya. Salam damai